Kronologi Tewasnya Santoso, Teroris Poso
Polda
Sulawesi Selatan membeberkan kronologis baku tembak aparat keamanan dengan lima
orang kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso, yang menewaskan dua
orang dan tiga lainnya berhasil kabur. Belakangan kedua terduga teroris yang
tewas dipastikan adalah Santoso dan Muchtar.
Kapolda
Sulsel Rudy Sufahriadi memaparkan, awal mula operasi tersebut adalah ketika Tim
Alfa 92 yang terlibat Operasi Tinombala menggelar patroli di Tambarana. Dalam
patroli itu, Tim Alfa 92 melihat ada lima orang bersenjata yang diduga masuk
dalam daftar pencarian orang (DPO). Mereka berada pada jarak 20-30 meter.
“Ketika
mencoba mendekati, terjadi baku tembak. Dan di situlah tertembaknya dua DPO
laki-laki, pertama diduga Santoso, karena ada tahi lalat di antara alisnya.
Kedua, ternyata setelah ada tim yang penjemput, dibawa ke Poso Pesisir, di
bawah, diduga tersangka kedua adalah Basri [belakangan ternyata Muchtar]. Itu
baru dugaan,” ujar Rudy di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (19/7/2016).
Rudy
menambahkan, proses identifikasi dan analisis terhadap korban baku tembak
tersebut masih berlangsung. Dia juga menyampaikan, Basri pernah ditangkap
ketika dirinya menjadi Kapolres Poso. Setelah baku tembak, polisi menemukan ada
satu pucuk senjata pabrikan dengan jenis M-16.
“Dia
ditangkap dalam kasus terorisme, dan sedang jalani hukuman. [saat] Sisa hukuman
satu tahun lagi, [Basri] melarikan diri dari LP di Ampana,” kata dia.
Saat
ini, lanjutnya, masih tersisa 19 DPO yang ada terkait Santoso dan pihaknya sudah
menyiarkan imbauan untuk penyerahan diri terhadap 19 DPO tersebut. Rudy
menjamin, apabila 19 DPO itu menyerahkan diri, kepolisian tidak akan melakukan
tindak kekerasan.
“Semula
kalau Santoso tertangkap, pasti penggantinya Basri. Tapi setelah Basri dan
Santoso, kalau ini dua-duanya enggak ada, kami menduga kalau tidak Ali Kalora,
ada namanya Barong. Pasti kekuatannya menurun jauh, kan selama ini dia yang
paling senior,” ungkapnya.
Basri
sendiri masih kabur bersama dua perempuan, yakni istrinya dan istri Santoso.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian juga meminta Basri maupun Ali Kalora dan
anggota lainnya, segera turun gunung untuk menyerahkan diri.
Comments
Post a Comment